SEKARKIJANG.JEMBER – Prof. Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono, Dosen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember (Unej) dikukuhan sebagai Guru Besar Ilmu Energi Terbarukan untuk Alat Mesin Pertanian Rabu (26/7). Prof Sony menambah jumlah guru besar di FTP Unej.
Sebelumnya, FTP Unej sudah memiliki Guru Besar pada Prof. Ir. Achmad Subagio, M.Agr., Ph.D, Prof Dr H Yuli Witono STP MP, Prof Dr Ir Tejasari Msc, Prof Dr Bayu Taruna Widjaja Putra, S.TP., M.Eng., Ph.D, Prof Dr Ida Bagus Suryaningrat STP MM IPU. juga Prof Dr Indarto STP DEA IPU.
Prof Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono dikukuhkan bersama Prof. Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc., Ph.D., guru besar di bidang Ilmu Kriptografi pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Jember. Prof. Dr. Ir. Sholeh Avivi, MSi., guru besar bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman di Fakultas Pertanian.
Prof Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono sering dikaitkan dengan keberadaan Sunday Morning Kreanova Unej yang hadir setiap hari Minggu pagi di Kampus Tegalboto. Memang sejarah keberadaan pasar minggu pagi di kampus Tegalboto ini tak bisa lepas dari peran Prof Soni Sisbudi Harsono.
“Awalnya di tahun 2017 ada ide memfasilitasi mahasiswa yang ingin berwirausaha untuk berjualan di seputar kampus. Gagasan ini klop dengan kegiatan wajib pameran hasil kreativitas mahasiswa FTP. Sayang jika ide menarik mahasiswa hanya jadi tugas saja, padahal jika dikomersialkan bisa jadi wirausaha yang potensial. Maka dengan dukungan beberapa kawan jadilah Sunday Morning Kreanova Universitas Jember yang akhirnya memfasilitasi mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan yang punya usaha,” ujar Soni.
Bergelut dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memang bukan hal yang asing bagi bapak dua putri ini. Semuanya bermula saat dirinya menuntut ilmu di Cranfield University Inggris guna mempelajari pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel guna bahan bakar pada alat dan mesin pertanian (Alsintan). Begitu pula saat meneruskan studi S-3 di Humboldt Universitat Zu Berlin, Jerman, kajian pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel guna bahan bakar pada Alsintan masih menjadi minatnya. Namun setelah pulang ke Jember, Prof. Soni melihat kebun kelapa sawit sukar ditemui.
“Saya lantas berpikir mengapa tidak memanfaatkan produk pertanian di seputar Jember sebagai bahan penelitian bahan bakar terbarukan saja. Lantas ketemu dengan kopi yang menjadi salah satu andalan produk perkebunan di Tapal Kuda. Maka saya mulai meneliti kulit buah kopi sebagai sumber energi terbarukan,” ungkap Prof. Soni.
Salah satu hasil penelitiannya adalah produk biopellet berbahan kulit buah kopi sebagai bahan bakar alternatif. Tak hanya membuat biopellet, Prof. Soni juga merancang kompornya pula. Biopellet beserta kompor ini cocok digunakan oleh kalangan rumah tangga dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dari sini lah dosen di Program Studi Teknik Pertanian FTP ini bersinggungan dengan dunia UMKM, termasuk kemudian mendirikan Sunday Market Kreanova di kampus Tegalboto.
Dan yang terbaru, Prof. Soni tengah merancang kompor berbahan baku biopellet bagi pelaku UMKM kedai kopi atau kafe. Prof. Soni melihat selama ini sisa ampas minuman kopi yang dihasilkan dari kedai kopi atau kafe dibuang begitu saja. Bahkan ada yang dibuang ke saluran air yang bermuara ke sungai. Padahal sisa ampas minuman kopi memiliki kadar keasaman yang cukup tinggi, PH-nya berkisar pada 3 sampai 4. Apalagi saat ini UMKM kedai kopi atau kafe makin menjamur. Jika makin banyak ampas minuman kopi yang dibuang ke sungai maka ekosistem sungai akan terganggu. Memang belum banyak yang tahu jika ampas minuman kopi tadi bisa bermanfaat.
“Ampas minuman kopi bisa dibuat bahan pembuatan baglog budi daya jamur. Ampas tadi juga merupakan bahan biopellet yang menjadi bahan bakar memasak di kedai kopi atau kafe. Saya tengah mengembangkan kompor model terbaru dan biopellet yang diberi minyak sereh atau minyak bunga kenanga. Pada saat memasak maka asap yang muncul dari kompor tadi bisa dialirkan ke ruangan sebagai aroma terapi di kedai kopi atau kafe. Jika biopellet sudah dipakai, maka abunya bisa dicampur dengan kotoran ternak menjadi pupuk organik. Jadi tak ada yang terbuang percuma alias zero waste sambil mewujudkan economic circular,” ungkapnya.
Prof. Soni menambahkan, sebenarnya pembuatan biopellet bisa menggunakan sisa semua produk pertanian dan perkebunan bahkan sampah organik rumah tangga. Jika gerakan membuat biopellet sebagai energi terbarukan bisa dilakukan secara mandiri dan masid, maka dirinya membayangkan UMKM dan rumah tangga tak perlu bingung saat harga gas elpiji melonjak atau tengah kosong. Pemanfaatan sisa produk pertanian dan perkebunan serta sampah organik rumah tangga akan berdampak pada keberhasilan penanganan sampah secara keseluruhan.
Oleh karena itu Prof. Soni bersedia memberikan pelatihan pemanfaatan sisa produk pertanian dan perkebunan serta sampah organik bagi siapa saja yang berminat. Termasuk ingin mengaktifkan kembali Sunday Market Kreanova di kampus Tegalboto yang vakum gegara pandemi Covid-19. “Agar ilmu yang saya dapatkan berguna bagi banyak orang, sekaligus hilirisasi hasil penelitian supaya keberadaan perguruan tinggi benar-benar menjadi manfaat bagi masyarakat,” ujarnya mengakhiri diskusi. (wahyu)