SEKARKIJANG.BONDOWOSO – SMA Negeri 1 Tapen Kabupaten Bondowoso ikut aktif program pemerintah untuk memutus rantai kemiskinan. Salah satu caranya dengan mengaktifkan Gerakan Orang Tua Asuh (GOTA) untuk siswanya yang berada di bawah garis kemiskinan. Saat ini, sudah ada delapan siswa yang merasakan manfaat dari GOTA di SMAN 1 Tapen. Delapan siswa ini ada yang anak yatim piatu, anak buruh tani, anak pemulung, anak kuli bangunan.
Sejatinya, GOTA di SMAN 1 Tapen sudah lama ada. Hanya saja, sifatnya masih informal karena belum terlalu dikoordinasikan dengan baik. Kini, GOT dikelola lebih baik agar makin banyak siswa yang merasakan manfaatnya. Maklum, SMAN 1 Tapen berada di wilayah pinggiran di Kabupaten Bondowoso yang selama ini dikenal sebagai salah satu daerah yang banyak memiliki warga yang masih di bawah garis kemiskinan.
GOTA merupakan gerakan orang tua asuh yang dimana berupa bantuan uang transport, perlengkapan sekolah, uang makan untuk siswa yang berlatar belakang tidak mampu dan anak yatim. “Gerakan ini adalah hasil iuran guru-guru yang rutin dilakukan sejak tahun 2001. Berarti bagi SMAN 1 Tapen sudah lama sekali dilaksanakan,” tutur Holifah Nurazizah, S.Pd, Kepala SMAN 1 Tapen.
Saat ini, terdapat lima anak asuh dari Holifah Nurazizah, S.Pd, kepala sekolah SMAN 1 Tapen. Ada juga, tiga anak asuh dari kepala Cabang Dinas Pendidkan (Kancabdin) Provinsi Jatim Wilayah Bondowoso-Situbondo Slamet Riyadi. Delapan anak ini semuanya masih aktif sekolah di SMAN 1 Tapen.
“GOTA ini juga bermuara karena ingin memutuskan rantai kemiskinan, rantai kebodohan, dan rantai anak putus sekolah,” imbuhnya. Kontribusi dari siswa yang diharapkan adalah siswa tetap semangat sekolah (tidak putus sekolah), siswa berprestasi, dan menjadi teladan untuk teman sebayanya.
GOTA selama ini dikenal sebagai gerakan sosial atau masyarakat yang fokus pada masalah kepatuhan hukum atau kesejahteraan anak-anak, terutama pendidikan. Yang diutamakan bagi anak yang tidak memiliki orang tua biologis atau orang tua yang tidak dapat merawat mereka. Kemudian untuk siswa yang orang tuanya tidak mampu secara ekonomi.
“Tujuan dari gerakan semacam ini adalah untuk mencari dan mendorong orang tua pengganti atau orang tua asuh yang baik untuk merawat anak-anak, salah satunya untuk memenuhi biaya pendidikan, seperti delapan siswa SMAN 1 Tapen,” ujarnya. (ridwan)