DISPERTAJATIM – Indonesia sebagai negara tropis yang buminya subur dan makmur, namun mengapa ketersediaan makanan (ketahanan pangan) di beberapa wilayah terkadang masih timpang? Ada yang melimpah murah bahkan dibuang. Ada juga yang mahal karena persediaan nipis akibat lintas berbatas karena letak yang jauh tak terengkuh atau bencana sedang dilanda.
Menurut Ahli Pangan dari Universitas Jember, Dr. Nurhayati, S.TP., M.Si. hal tersebut bisa diatasi dengan meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengolah pangan dari kekayaan alam yang ada disekitar kita. “Tidak harus makan nasi untuk bisa berenergi. Jika di sekitar melimpah sagu maka itupun sumber pangan baku. Jika di sekitar melimpah kentang maka bisa mengolahnya untuk jadi kenyang,” kata Dr. Nurhayati, S.TP., M.S.i.
Sebagaimana kekayaan alam yang dimiliki potensi bumi Ijen Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. Sebagai daerah pegunungan Ijen, Hasil alam yang dimiliki tidak hanya kopi, cengkeh, tembakau. Namun Ijen juga menjadi sentra produsen hortikultura seperti kentang, kubis, kol, sawi, bawang prei, seledri dan sebagainya.
Melihat adanya potensi besar di bumi Ijen, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur melalui Bidang Ketahanan Pangan yang dikepalai Bpk. Ir. Dydik Rudi Prasetya, M.MA., melaksanakan Program Penanganan Kerawanan Pangan Tahun 2023 dengan menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat produktif sekitar kawasan Ijen untuk mengolah hasil buminya.
Acara pelatihan dibuka oleh Kepala Bidang Ibu Pudjiati Ningsih, S.P, MMA di hari Selasa penghujung tahun 1444H dengan bertempat di Balai Kecamatan Ijen Kabupaten Bondowoso. Dr. Nurhayati memaparkan materi pengolahan kubis menjadi asinan kubis yang dikenal sebagai sauerkraut. Olahan lainnya yakni mengolah kentang menjadi hottang (hot-hot kentang), keripik kentang, kentang ulir.
Dr. Nurhayati, S.TP., M.Si., yang akrab disapa Bu Nur tersebut menjelaskan, “Hottang tidak sebatas kenyang namun sarat akan gizi karena dibalur adonan roti beragi dengan isian sosis atau telur puyuh dan ditoping dengan mayonnaise atau aneka sambal celupan. Harganyapun cukup terjangkau.”
Bu Nur yang juga Koordinator Kelompok Riset Pengabdian kepada Masyarakat “Pangan ASUH (Aman Sehat Utuh Halal)” juga selalu menekannya pangan yang dikonsumsi tidak hanya enak, bergizi, namun juga harus aman dan halal. Definisi halal juga tidak sebatas HANYA bebas dari mengandung ingredien babi tetapi juga prosesnya halal dan namanyapun baik (toyyib). Seperti Hottang singkatan hotdog kentang diganti menjadi hot-hot kentang, kentang dimakan hot panas juga enak hot pedas.
Dia menjelaskan, peserta pelatihan juga mempraktekkan teknologi yang dialihkan. Pelatihan juga diliputi suasana semerbak tercium aroma lezat nan nikmat dari kebulan bau gorengan hottang maupun keripik kentang. “Untuk cita rasa sauerkraut ternyata memiliki rasa yang enak dan beda dengan rasa kubis segar, malah lebih ke sedikit cita rasa aroma daging. Aneh tapi nyata, itulah keajaiban teknologi tepat guna untuk memberdaya warga hidup lebih sejahtera,” ungkapnya.