SEKARKIJANG.JEMBER – Semangat inovasi di dunia keperawatan kembali ditunjukkan oleh mahasiswa asal Jember. Ahmad Eko Wibowo, S.Kep., Ns., mahasiswa Magister Keperawatan Angkatan 2025 Universitas Jember (UNEJ), berhasil meraih Juara 1 Lomba Poster Tingkat Nasional Nursing Research Competition (NRC) yang diselenggarakan oleh Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga (UNAIR).
Kompetisi bergengsi tingkat nasional yang mengangkat tema Caring for Fighters: The Role of Nurses in Improving the Quality of Life of Cancer Patients ini diikuti oleh berbagai universitas ternama di seluruh Indonesia. Dalam ajang tersebut, Ahmad Eko mengusung karya inovatif dan aplikatif berjudul DETECT (Deteksi Dini dan Screening Melanoma dengan Metode ABCDE sebagai Upaya Preventif Perawat Agronursing di Komunitas Petani Tembakau).
Penelitian ini tidak hanya sekadar gagasan akademis, melainkan lahir dari kepedulian mendalam. Ahmad Eko terinspirasi dari pengalaman pribadi melihat kasus melanoma (salah satu jenis kanker kulit) yang dialami oleh seorang pekerja lapangan. Kasus tersebut mengharuskan penderitanya menjalani operasi hingga radioterapi.
Dari pengamatan tersebut, Eko menyadari tingginya risiko paparan sinar matahari dan zat kimia pada komunitas petani, khususnya petani tembakau, yang menjadi kelompok rentan terhadap masalah kesehatan kulit serius seperti melanoma.
Inovasi DETECT menawarkan solusi preventif yang sederhana namun efektif, yakni pelatihan deteksi dini melanoma menggunakan Metode ABCDE (Asimetri, Batas tepi, Warna (Colour), Diameter, dan Perkembangan (Evolving)). Metode ini dirancang agar mudah diterapkan oleh perawat yang berfokus pada kesehatan masyarakat agraris (Agronursing) untuk menyaring dan mengedukasi risiko kanker kulit pada petani.
“Dari situlah saya tergerak untuk mengangkat tema ini agar peran agronursing lebih diperkuat, khususnya di komunitas petani tembakau yang rentan terpapar langsung sinar matahari,” jelas Ahmad Eko.
Metode ABCDE (Asymmetry, Border, Color, Diameter, Evolution) yang dikembangkan Yayasan Kanker Indonesia menjadi pedoman utama dalam karya ini. Dengan pendekatan sederhana, Ahmad Eko berupaya agar perawat bisa menjelaskan gejala melanoma secara mudah dipahami masyarakat awam, sehingga mendorong petani untuk berpartisipasi dalam screening dan edukasi kesehatan.
Menurutnya, tantangan terberat bukan hanya bersaing di panggung kompetisi, tetapi juga meyakinkan masyarakat untuk mau melakukan deteksi dini.
“Akses dan penerimaan masyarakat tidak mudah, namun kami terus berusaha membumikan istilah medis ke bahasa sehari-hari agar lebih mudah diterima,” ungkapnya.
Karya DETECT tidak hanya berhenti sebagai inovasi akademik, tetapi juga memiliki dampak nyata. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran, memperkuat pencegahan, serta memberdayakan perawat sebagai ujung tombak kesehatan di komunitas agraris. Ke depan, ia berencana mengembangkan penelitian ini melalui publikasi ilmiah, media edukasi digital, serta kolaborasi lintas sektor dengan pemerintah daerah, NGO, dan lembaga pendidikan.
“Prestasi ini bukan akhir, melainkan awal dari tanggung jawab untuk memastikan ilmu benar-benar bermanfaat di tengah masyarakat. Kami berharap DETECT bisa menjadi gerakan nasional dalam pencegahan dini kanker kulit, terutama di komunitas petani,” pungkasnya. (gama)